Read More...
Bookmark this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

 

---------- Forwarded message ----------
From: Diahni
Date: Sat, 14 Mar 2009 18:02:06 -0700 (PDT)
Subject: [Milis_Iqra] Pernikahan sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah
To: Milis_Iqra


Pernikahan sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah
Oleh: Hj. Yoyoh Yusroh, SPdi.



Muqoddimah

dakwatuna.com - Dalam Annual Report tahun 2004, UNFPA sebuah badan PBB
yang menangani masalah kependudukan antara lain merekomendasikan
perlunya penanganan serius terhadap hubungan antar generasi yang
kurang harmonis, serta perhatian lebih besar terhadap masalah remaja.

Rekomendasi tersebut tampaknya cukup beralasan bila kita cermati
realitas kondisi sosial masyarakat. Di Jakarta misalnya, tawuran
pelajar belum juga mereda. Penggunaan NAZA bahkan sudah merambah
pedesaan, juga fakta pelacuran ABG yang membuat kita semua
terperangah. Angka pengidap HIV dipercaya berkisar ratusan ribu orang
sampai tahun 2010 nanti, dan akhirnya hati kita semakin terpilin perih
oleh kenyataan merebaknya anak jalanan akhir-akhir ini.

Penelaahan kita pada berbagai fakta di atas membawa kita pada
perkiraan “something wrong is going on“. Kita dihadapkan pada
kenyataan kegelisahan sosial yang semakin bergolak. Kita melihat wajah-
wajah hampa tak tentu tujuan, kita pun bisa merasakan ada hati-hati
yang sepah, senyap, dan begitu asing dari kehangatan. Kita tahu itu
semua. Hanya kemudian, kita belum memutuskan, apakah kita akan sungguh
sungguh hadir dan menghadirkan realitas itu dalam ruang kepedulian
kita?

Berbagai ekspresi ketidakseimbangan sosial yang kita lihat
menggambarkan kebutuhan yang sangat mendesak terhadap situasi yang
lebih kondusif sesuai fitrah manusia. Situasi yang membuat semua orang
menjadi berdaya dan mampu menghadapi berbagai terpaan sosial. Situasi
yang sedemikian itu, keluargalah yang mampu memberikannya.

Keluarga sebagai basis inti masyarakat, adalah wahana yang paling
tepat untuk memberdayakan manusia dan ‘mencekal’ berbagai bentuk
frustasi sosial, ini adalah hal yang aksiomatis dan universal.
Masyarakat Eropa misalnya, saat ini para sosiolog mereka merasa
gelisah karena prediksi kepunahan bangsa. Betapa tidak, tatanan,
sakralitas dan antusiasme terhadap keluarga sudah tipis sekali di
kalangan muda mereka. Ini tentu saja berdampak buruk terhadap angka
pertumbuhan penduduk. Hingga iming-iming berbagai hadiah dan fasilitas
dari pemerintah bagi ibu yang melahirkan dan keluarganya, tidak
membuat mereka bergeming. Berbagai penyakit sosial pun muncul. Mulai
dari angka bunuh diri yang tinggi hingga anomali kemanusiaan yang
lain.

Ini adalah saat yang tepat untuk memberi perhatian yang lebih besar
terhadap keluarga, khususnya dalam skala nasional. Berbagai pelajaran
di atas menyuarakan hal ini. Dan ini adalah tugas kita bersama.

I. Arti Pernikahan dalam Islam

Dalam menganjurkan ummatnya untuk melakukan pernikahan, Islam tidak
semata-mata beranggapan bahwa pernikahan merupakan sarana yang sah
dalam pembentukan keluarga, bahwa pernikahan bukanlah semata sarana
terhormat untuk mendapatkan anak yang sholeh, bukan semata cara untuk
mengekang penglihatan, memelihara fajar atau hendak menyalurkan
biologis, atau semata menyalurkan naluri saja. Sekali lagi bukan
alasan tersebut di atas. Akan tetapi lebih dari itu Islam memandang
bahwa pernikahan sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan
yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemayarakatan
berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh mendasar terhadap kaum
muslimin dan eksistensi ummat Islam.

II. Fungsi Keluarga dalam Islam

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, perlu diberdayakan
fungsinya agar dapat mensejahterakan ummat secara keseluruhan. Dalam
Islam fungsi keluarga meliputi :

A. Penerus Misi Ummat Islam

Dalam sejarah dapat kita lihat, bagaimana Islam sanggup berdiri tegap
dan tegar dalam menghadapi berbagai ancaman dan bahaya, bahkan Islam
dapat menyapu bersih kekuatan musryik dan sesat yang ada, terlebih
kekuatan Romawi dan Persia yang pada waktu itu merupakan Negara
adikuasa di dunia.
Menurut riwayat Abu Zar’ah Arrozi bahwa jumlah kaum muslimin ketika
Rasulullah Saw wafat sebanyak 120.000 orang pria dan wanita [1]. Para
sahabat sebanyak itu kemudian berguguran dalam berbagai peperangan,
ada yang syahid dalam perang jamal atau perang Shiffin. Namun sebagian
besar dari para syuhada itu telah meninggalkan keturunan yang berkah
sehingga muncullah berpuluh “singa” yang semuanya serupa dengan sang
ayah dalam hal kepahlawanan dan keimanan. Kaum muslimin yang jujur
tersebut telah menyambut pengarahan Nabi-nya:

“Nikah-lah kalian, sesungguhnya aku bangga dengan jumlah kalian dari
ummat lainnya, dan janganlah kalian berfaham seperti rahib
nashrani” [2].

Demikianlah, berlomba-lomba untuk mendapatkan keturunan yang bermutu
merupakan faktor penting yang telah memelihara keberadaan ummat Islam
yang sedikit.

Read More...
Bookmark this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

 





Read More...
Bookmark this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

perpisahan 2008/2009  










Read More...
Bookmark this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

My claSs  



Read More...
Bookmark this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google